Berhubung saya lagi nganggur tingkat dewa, kali ini saya akan berbagi cerita tentang perjalanan kuliah saya selama kurang lebih 5 tahun ini, perjuangan untuk mendapatkan gelar di belakang (S. Kep) dan depan (Ns.) nama saya. Mungkin ini akan menjadi postingan terpanjang saya selama ini
Ceritanya mulai darimana ya? Hmmm...
Dari sini aja lah ya :
Berawal dari kebimbangan untuk memilih jurusan pas kuliah. Awalnya disuruh nyoba STT Telkom Bandung sama ortu, udah dicoba dan diterima di Teknik Telekomunikasi, tapi kudu ngelepasin karena disuruh nyoba SNMPTN Tulis tahun 2011. Terus galau mau milih jurusan apa di Universitas Brawijaya Malang. Waktu zaman SD, SMP, SMA cita-cita sering berubah-ubah : pengen jadi ilmuwan lah, pengen jadi astronot, pengen kerja di bidang perminyakan, random banget lah pokoknya. Dan umumnya kebanyakan orang tua pengen anaknya masuk jurusan kedokteran, dengan harapan bisa berpenghasilan gede. Tapi dalam kegalauan itu, saya meminta petunjuk pada Allah SWT untuk memberikan jawaban atas kegalauan saya. Dan entah kenapa
Selanjutnya, kegiatan ospek saya jalani mulai dari PK2MU (universitas), PK2MABA (fakultas), KRIMA (fakultas), hingga PENMAS (fakultas).
Saat PK2MABA dan KRIMA berlaku sistem kartu yang dimana jika kamu melakukan pelanggaran sangat berat akan mendapatkan kartu hitam, pelanggaran berat kartu merah, pelanggaran sedang kartu kuning, pelanggaran ringan kartu hijau, dan tidak melakukan pelanggaran akan mendapat kartu putih.
Pada saat PK2MABA hari ke-2, untuk pertama kalinya dalam hidup saya, saya hanya tidur 10 menit dalam 24 jam karena ngelembur buat ngerjain tugas pelanggaran kartu merah dan ga selesai juga tugasnya dan tentunya dapet kartu merah lagi. hahahaha...
Skip! Lanjut ke dunia perkuliahannya.
Mahasiswa/i yang kuliah di jurusan kesehatan (entah itu kedokteran, keperawatan, kebidanan, gizi, farmasi, kedokteran gigi) pasti dapat kita identifikasi dari cara mereka berpakaian. Di mana kita ga akan menemukan mahasiswa/i menggunakan jeans saat kuliah. Ya, karena kami dianjurkan untuk berpakaian SPMK. Apa itu SPMK? SPMK adalah Standar Pakaian Mahasiswa Kesehatan, yang intinya kudu pakai kemeja berkerah (bukan bahan kaos/jeans), celana kain (bukan celana gunung/jeans) atau rok panjang (tidak ketat, no jeans). Pas zaman maba, langsung hunting rok banyak tapi semakin bertambah semester, lebih demen pake celana daripada rok. Lebih praktis.
Selama menjalani kuliah S1 Ilmu Keperawatan (kurang lebih 3,8 tahun), ada beberapa kejadian yang cukup berkesan bagi saya, antara lain :
1. Semester 2
Setiap pelajaran anatomi di lab, pasti disuruh ngegambar apa yang udah dilihat dan dipelajari dari cadaver. Menjelang akhir pertemuan gambarnya bakal dicek sama dr. Obed. Biasanya tanpa pertanyaan sih, langsung diparaf. Namun, pada suatu hari, pas nunjukkin gambar pelvis tiba-tiba ditanya (barisan yang sebelumnya ga ditanya padahal) sama dr. Obed "Coba tunjukkin Trigonum Leutadi itu dimana?" . Dengan keraguan, nyoba ngejawab sambil nunjuk di gambar "Di sini dok". Dan....Ha mampus! Jawabannya kurang tepat. Dikasih hukuman lah sama dr. Obed disuruh bikin resume tentang Trigonum Leutadi, tulis tangan dan harus dikumpulkan besok pagi di meja Beliau :') Untung ga sendirian.
2. Semester 7
Masa-masa di mana mulai menyusun skripsi. Rela nunggu dosen pembimbing dari pagi hingga sore di depan ruangannya tanpa kepastian kehadirannya :') dr. Chusnul yang sesuatu banget. Salah 1 dosen pembimbing saya yang ga suka kalau pertanyaannya dijawab teoritis, harus sederhana tapi ngena maksudnya dan jelas. 1 pertemuan khusus cuma buat bahas definisi sampel dan populasi. Sampai-sampai Beliau ngasih analogi, "Meski kita lakuin sehari-hari, kadang orang-orang ga tau definisi sebenernya apa. Contohnya makan. Coba apa definisinya makan?" . Jadi kayak tebak kata gitu pas konsul sama dr. Chusnul dan 2 teman saya lainnya. Untungnya di balik suara menggelegar dan pertanyaan bejibun saat konsul, dr. Chusnul baik banget waktu sempro dan semhas. Alhamdulillah!
3. Semester 8
Ada mata kuliah Clinical Study 2 (CS 2), yang di mana untuk pertama kalinya terjun langsung ke rumah sakit dan merawat pasien asli. Awal praktik di RST
"Dek, tolong ambilin les nya pasien A" (Les = rekam medis pasien)
"Dek, bisa aff infus?" (Aff infus = ngelepas selang infus yang kepasang di tangan)
"Dek, itu bed xxx tolong kamu verbed" (Verbed = merapikan tempat tidur)
CS 2
4. Susahnya untuk mendapatkan nilai A atau B+ saat ujian tulis saat semester 2-7
Ibaratnya seperti itu lah |
Setelah itu, berlanjutlah saya menjalani pendidikan profesi ners. Mungkin masyarakat awam lebih mengenalnya dengan istilah koass (kalau di jurusan kedokteran). Menjalani profesi ners dari 1 puskesmas/rumah sakit ke puskesmas/rumah sakit lainnya selama kurang lebih 13 bulan. Dari Singosari, Malang, Wlingi, Kepanjen, Bantur, Batu dijabanin dah.
Masa-masa di mana panggilan berganti :
"Sus", "Mbak" (panggilan dari pasien tentunya), "Dek mahasiswa", "Dek UB" (panggilan dari perawat ruangan saking banyaknya mahasiswa yang praktik dan dari berbagai institusi), "Mbak KKN" (panggilan dari anak-anak kecil kalau ketemu di jalan pas di Bantur).
Banyak hal yang saya pelajari saat profesi,
dari belajar melakukan hal-hal baru (pasang & aff infus, pasang & aff kateter, ambil darah IV (intravena), BGA, mandiin pasien, bantuin pasien BAB/BAK, ganti pampers, RJP (Resusitasi Jantung Paru, EKG (Elektrokardiogram), perawatan trakeostomi, bagging, cek gula darah, ngerujuk pasien naik ambulance, dan masih banyak lagi yang lainnya),
belajar sabar (menghadapi keluhan pasien, menghadapi tenaga kesehatan yang jutek, suka memanfaatkan dan bossy, 1 shift sama mahasiswa/i yang kurang kooperatif, mengahadapi CI klinik & akademik),
belajar bersyukur (diberi kesehatan, memiliki support system yang bagus),
belajar jadi pribadi yang kuat dan tegar (kudu konsul jam 1 malem, pulang pergi, jaga lebih dari 1 shift, buka puasa ga bisa ontime),
belajar jadi mandiri (jadi anak kos),
belajar kerja hati-hati dan teliti (prinsip 6 benar),
belajar bersimpati (di saat kondisi pasien kritis, meninggal, keluarga pasien kurang mampu),
belajar tidur di mana saja (di kursi panjang kayu ukuran kurang lebih 120 cm x 40 cm, lantai beralas selimut, tidur dalam posisi duduk),
belajar memanajemen waktu dan orang.
(Kalau diceritain lengkapnya bakal panjang x lebar x tinggi , jadi gitu aja yaa.. hehe)
Dan di bawah ini adalah foto saya beserta 149 teman saya, saat kami yudisium Ners dan resmi mendapatkan gelar Ns. di depan nama kami.
Sedangkan ini adalah foto kami saat pengambilan sumpah Ners pada tanggal 26 Oktober 2016.
Nah, setelah sumpah Ners apa yang kami lakukan??
Kami masih menunggu hasil UKNI (Uji Kompetensi Ners Indonesia). Untuk apa? Jika lulus uji kompetensi ini, kami dapat dikatakan telah layak untuk menjadi Ners. Dan kami akan mendapatkan STR (Surat Tanda Registrasi) yang biasanya menjadi salah satu persyaratan tenaga kesehatan jika ingin melamar pekerjaan di rumah sakit.
Semoga saja kami semua lulus UKNI dan dapat bekerja di tempat yang kami inginkan. Aamiin...
See you on top, friends!
*Bonus : cuci tangan 6 langkah . Check it out!
Cuci tangannya udah bener belum selama ini? |
Dari sekian banyak kenangan kuliah, yang diinget tetep si trigonum bla bla bla iku wkwkwkwk
BalasHapusUnforgetable , jik.. hahaha.
Hapus😂
Sakjane cerita pas profesi lebih banyak yang bisa diceritain lebih panjang. Cuma...ntar aja deh. Hehe